Beranda | Artikel
Fitrah Islam
Kamis, 25 Agustus 2022

Bismillah.

Salah satu bukti kesempurnaan dan keindahan ajaran Islam adalah bacaan dzikir yang diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada kita di waktu pagi dan petang. Karena dzikir merupakan pasokan energi dan kekuatan iman yang akan mengokohkan hati dalam ketaatan.

Diantara bacaan dzikir pagi yang diajarkan adalah sebagaimana yang disebutkan dalam hadits riwayat Ahmad dari Abdurrahman bin Abza radhiyallahu’anhu :

كان رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ إذا أَصبَحَ يقولُ: أَصبَحْنا على فِطرةِ الإسلامِ، وكَلِمةِ الإخلاصِ، ودِينِ نَبيِّنا محمَّدٍ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ، وعلى مِلَّةِ أبِينا إبراهيمَ، حَنيفًا مُسلِمًا، وما كان مِنَ المُشرِكينَ

Adalah menjadi kebiasaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila berada di waktu pagi beliau membaca : Ashbahnaa ‘ala fithratil islam wa kalimatil ikhlash wa diini nabiyyinaa Muhammadin shallallahu ‘alaihi wa sallam wa ‘ala millati abiinaa Ibrahiim haniifan musliman wa maa kaana minal musyrikin.

Artinya : “Kami berada di waktu pagi di atas fitrah Islam dan kalimat ikhlas dan agama nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dan di atas millah/ajaran bapak kami Ibrahim dengan hanif/bertauhid lagi muslim/pasrah. Dan bukanlah beliau (Ibrahim) bagian dari orang-orang musyrik.”

Dzikir yang agung ini mengandung pelajaran iman yang sangat berharga, diantaranya :

Islam merupakan nikmat yang wajib kita syukuri. Karena Islam mengajarkan umatnya untuk mentauhidkan Allah; beribadah kepada Allah semata karena hanya Allah yang menciptakan alam semesta dengan segala isinya. Disebutkan dalam hadits sahih, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Pasti akan merasakan manisnya iman orang yang ridha Allah sebagai Rabb, Islam sebagai agama, dan Muhammad sebagai rasul.” (HR. Muslim)

Islam merupakan fitrah yang ada pada umat manusia. Setiap manusia dilahirkan di atas fitrah Islam, hanya saja kedua orang tuanya lah yang merubah anak-anak mereka itu sehingga menjadi pengikut agama Yahudi, Nasrani atau Majusi, sebagaimana disebutkan dalam hadits sahih juga. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

ما مِن مَوْلُودٍ إلَّا يُولَدُ علَى الفِطْرَةِ، فأبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أوْ يُنَصِّرَانِهِ، أوْ يُمَجِّسَانِهِ

“Tidak ada seorang pun bayi yang terlahir kecuali di atas fitrah (islam) maka kedua orang tuanya itulah yang membuatnya berubah menjadi beragama Yahudi, Nasrani atau Majusi.” (HR. Bukhari)

Hal ini juga mengingatkan kita bahwa perkara terpenting yang harus dijaga oleh seorang muslim setiap hari adalah agama dan aqidahnya. Betapa banyak orang yang mengaku muslim tetapi merusak aqidah dan keyakinannya dengan menelan berbagai syubhat dan kesesatan pemikiran.

Wajib bagi seorang muslim untuk mempertahankan aqidah tauhid dan kemurnian ibadahnya kepada Allah sebagaimana itu merupakan kandungan dari kalimat ikhlas yaitu kalimat tauhid laa ilaha illallah. Yang di dalamnya terkandung penolakan segala bentuk sesembahan selain Allah serta penetapan bahwa ibadah hanya boleh ditujukan kepada Allah Rabb seru sekalian alam.

Tauhid inilah asas dan misi utama dakwah para nabi dan rasul. Allah berfirman (yang artinya), “Dan sungguh Kami telah mengutus kepada setiap umat seorang rasul yang menyerukan: Sembahlah Allah dan jauhilah thaghut.” (an-Nahl : 36)

Allah juga berfirman (yang artinya), “Dan tidaklah Kami utus sebelum kamu (Muhammad) seorang rasul pun melainkan Kami wahyukan kepadanya bahwa tidak ada ilah/sesembahan yang benar kecuali Aku, maka sembahlah Aku saja.” (al-Anbiya’ : 25)

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan bahwa yang disebut orang yang hanif adalah yang menghadapkan dirinya kepada Allah serta berpaling dari segala bentuk sesembahan selain-Nya.

Nabi Ibrahim ‘alaihis salam dipuji oleh Allah sebagai orang yang hanif dan ajarannya disebut sebagai al-hanifiyyah. Syaikh Muhammad at-Tamimi rahimahullah mengatakan bahwa al-hanifiyyah atau millah Ibrahim adalah beribadah kepada Allah dengan memurnikan agama/amal untuk-Nya, inilah perintah yang Allah tujukan kepada segenap manusia dan tujuan utama Allah menciptakan mereka.

Allah berfirman (yang artinya), “Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka tunduk beribadah kepada-Ku.” (adz-Dzariyat : 56). Oleh sebab itu para ulama terdahulu menafsirkan bahwa yang dimaksud beribadah kepada Allah adalah dengan mentauhidkan-Nya. Sebagaimana yang dinukil oleh Imam al-Baghawi rahimahullah dalam tafsirnya dari sahabat Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma; bahwa semua perintah beribadah kepada Allah di dalam al-Qur’an maksudnya adalah perintah untuk mentauhidkan-Nya.

Islam inilah ajaran tauhid yang wajib untuk kita syukuri dan kita akui sebagai nikmat Allah yang paling utama kepada diri kita. Ini pula bagian dari nikmat yang harus kita sadari setiap harinya, sebagaimana tersirat dalam bacaan sayyidul istighfar yang di dalamnya terdapat kalimat pengakuan ‘…abuu’u laka bini’matika ‘alayya… ‘ aku mengakui kepada-Mu akan segala nikmat yang Kau curahkan kepada diriku.

Hal ini perlu untuk kita cermati, karena banyak orang ketika membahas tentang nikmat maka yang terbayang dan tergambar adalah perkara-perkara dunia saja; kesehatan, harta, kendaraan, rumah, pakaian, dsb. Kita sering lupa bahwa islam dan hidayah iman inilah nikmat terbesar yang Allah berikan kepada hamba-Nya. Karena nikmat agama ini hanya diberikan oleh Allah kepada orang-orang yang dicintai dan dipilih oleh-Nya. Subhanallah… Walhamdulillah…

Semoga bermanfaat.

Penyusun : Redaksi www.al-mubarok.com


Artikel asli: https://www.al-mubarok.com/fitrah-islam/